Energi Alternatif Pengganti Elpiji,
Mungkinkah ?
Awal tahun 2014 dimulai dengan sebuah berita yang bisa
dibilang menggemparkan masyarakat Indonesia secara keseluruhan, yaitu
adanya kenaikan harga gas elpiji 12 Kg.
Berita tersebut pertama kali kuketahui justru dari status BBM seorang
kawan yang tinggal di Jakarta
yang isinya kurang lebih seperti ini, “ Semalam liat newsticker di TV elpiji 12
Kg naik jadi 120K. Wew bertambah lagi biaya bulanan, pos mana yang mesti
dikurangi ya ?:-?”. Segera saja kabar
itu aku jadikan bahan diskusi singkat dengan keluargaku, walau kami sendiri tidak menggunakan elpiji
sebagai bahan bakar untuk memasak namun sebagaimana halnya kenaikan BBM atau
apapun kenaikan ini diprediksikan akan memberikan efek domino terhadap
kenaikan-kenaikan harga-harga lain secara umum. Apalagi setelah selidik punya
selidik (browsing2 dan lihat berita kenaikannya menjadi 120-ribuan tersebut
atau naik 70%-an). Wow.
Walaupun gas epliji 12 Kg itu umumnya dipakai oleh golongan
menengah ke atas namun berakibat juga ke masyarakat pengguna gas 3 Kg yang
mendapat subsidi pemerintah. Masyarakat
kecil ataupun UKM-UKM yang menggunakan gas 3 Kg mulai merasakan sulitnya
mencari gas ukuran 3 Kg sejak dua pekan sebelum kenaikan gas 12 Kg
diinformasikan. Jikapun ada harganya pun
ternyata turut melonjak.
Usut punya usut kenaikan harga tersebut sepenuhnya adalah
wewenang dari Pertamina sendiri, pemerintah tidak punya hak intervensi kenaikan
harga tersebut. Pertamina menaikan harga karena selama ini
Pertamina dari sektor elpiji ini selalu mengalami kerugian.
Sejak Elpiji
mulai di introduksi sebagai bahan bakar pengganti minyak tanah, awalnya pun
untuk menekan biaya subsidi dan mengurangi defisit pertamina, namun ternyata
sekarang pertamina tetap bermasalah dengan defisit. Jadi apa yang salah ?, mestinya kan mereka
punya banyak pakar ekonomi atau apapun yang ahli hitung soal laba-rugi , jadi
kenaikan harga hingga 70% seketika secara tidak langsung menunjukkan kelemahan
manajemen siapa ?.
Inti persoalannya
juga sebenarnya adalah konsumsi elpiji (LPG) yang memang hampir digunakan oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Ada
tidak sih sumber energi lain/ energi alternatif pengganti LPG sehingga
masyarakat tidak perlu bergantung kepada LPG.
Sudah banyak ide beredar dan dieksekusi sebetulnya, seperti penggunaan
serbuk kayu, minyak jelantah, biogas dan terakhir kabarnya ada yang menggunakan
biji jarak sebagai sumber biogas pengganti bahan bakar (termasuk LPG).
Namun itu semua
terlihat tidak cukup signifikan di kelola atau digunakan oleh masyarakat yang
sebagian besar ternyata tetap menggunakan LPG.
Sekilas sejenak
sambil memandang langit aku jadi bermimpi jika suatu saat nanti setiap orang
bisa membawa panel sebesar HP ukuran saku yang bisa menyerap tenaga surya yang
cukup digunakan sebagai sumber energi untuk menerangi sebuah rumah
bertipe 36 dengan 6 buah lampu 1 lemari es 1 buah televisi serta 1 buah kompor
listrik untuk konsumsi 1 hari. Isi
ulangnya hanya biarkan saja esok pagi panel itu terpapar sinar surya dihalaman
katakanlah seharian. Setiap keluarga
punya 3 panel seperti itu saja sudah cukup untuk menghentikan konsumsi listrik
PLN, LPG Pertamina dan (entah aku bukan ahli astronomi) setidaknya matahari
tidak akan mengalami kerugian milyaran ketika energinya di serap, tokh energi
panas yang dia paparkan tidak kembali ke matahari bukan ?.
Hanya Sebuah
Mimpi .. semoga suatu saat menjadi nyata seperti Mimpi Orville & Willbur
tentang terbang di angkasa !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar